Sacramento, AS (ANTARA) - Industri wine California menghadapi ketidakstabilan yang signifikan akibat kebijakan tarif pemerintahan Trump yang telah menimbulkan efek riak di seluruh pasar global, demikian menurut laporan investigasi CalMatters yang diterbitkan pada Rabu (23/4).
CalMatters, sebuah situs berita nirlaba yang berfokus pada California, melaporkan bahwa bahkan wine yang diproduksi di dalam negeri pun telah mengalami kenaikan biaya akibat tarif, yang berdampak terhadap hampir seluruh aspek produksi, mulai dari botol kaca, label, gabus, tiang logam, hingga pancang kayu untuk tanaman anggur.
Menurut Gino DiCaro, juru bicara (jubir) Wine Institute, seperti dikutip oleh CalMatters, risiko yang ada sangat besar bagi California, yang memproduksi 95 persen dari total ekspor wine Amerika Serikat (AS). Industri tersebut kini menghadapi banyak tantangan di berbagai bidang, seiring tarif balasan dari mitra-mitra dagang mengancam pasar yang sudah lama terbentuk.
Kanada, yang sebelumnya menyumbang lebih dari sepertiga ekspor wine California, meluncurkan apa yang dideskripsikan oleh para pejabat sebagai kampanye "jangan beli produk Amerika, jangan pergi ke Amerika" yang serius untuk merespons ancaman Presiden AS terkait tarif dan potensi aneksasi, papar CalMatters.
Akibatnya, bisnis-bisnis di Kanada mulai menghentikan pesanan wine California. Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa potensi penjualan ke Meksiko dan Uni Eropa saat ini mengalami penundaan.
Situasi ini telah menjadi cukup parah hingga California belum lama ini menjadi negara bagian pertama di AS yang menggugat pemerintahan Trump terkait kebijakan tarif tersebut. Gugatan yang diajukan oleh Gubernur California Gavin Newsom dan Jaksa Agung California Rob Bonta di pengadilan federal San Francisco itu berargumen bahwa Trump tidak memiliki wewenang konstitusional untuk memberlakukan tarif secara sepihak.
Dalam beberapa bulan terakhir, California telah mengalami penurunan ekspor wine secara tahunan (year over year/yoy) selama empat bulan berturut-turut, sehingga menimbulkan kekhawatiran di sektor pertanian dan manufaktur seiring tarif balasan terhadap barang ekspor mulai diberlakukan.